Skip to content Skip to footer
PANDUAN UNTUK SEKOLAH

Sekolah dalam Perlindungan Anak di Ruang Digital

Anak sehat dan siap belajar seumur hidup tidak hanya dibentuk di kelas. Keluarga, lingkungan, dan ruang digital berperan besar. Di tengah derasnya globalisasi, kita bertanggung jawab menjaga tumbuh kembang fisik, mental, dan moral anak. Pendidikan berpihak pada anak dimulai dari menyiapkan mereka belajar dengan bahagia.

Prinsip Perlindungan Anak di Sekolah

Keseimbangan

Menggunakan teknologi sebagai alat bantu, bukan pengganti interaksi.

Keselamatan

Sekolah jadi ruang aman anak belajar internet bijak, jaga privasi, dan hindari risiko digital.

Kebersamaan

Melibatkan murid, guru, dan orang tua dalam aturan penggunaan gawai.

Kebiasan Sehat

Menyiapkan kegiatan alternatif yang mendukung tumbuh kembang bagi anak.

Inspirasi Dari Sekolah

Hari Tanpa Gawai di Malang

SMPN 5 Malang memiliki kebijakan unik yang sejak pertengahan 2025 mulai diterapkan yakni Hari Tanpa Gawai. Setiap hari Rabu, siswa dan guru bersepakat untuk menyingkirkan ponsel dari aktivitas belajar-mengajar. Awalnya, kebijakan ini terasa berat. Banyak siswa yang sudah terbiasa mengandalkan gawai, baik untuk mencari informasi maupun sekadar hiburan. Namun, lambat laun mereka mulai merasakan perubahan. Kelas menjadi lebih tenang, interaksi tatap muka lebih banyak, dan konsentrasi saat belajar pun meningkat.

Guru-guru mendukung penuh inisiatif ini. Mereka melihat siswa lebih aktif berdiskusi, berani mengemukakan pendapat, dan lebih fokus ketika mengerjakan tugas. Bahkan, beberapa guru memanfaatkan kesempatan ini untuk mengajak siswa membaca di pojok literasi, bermain permainan tradisional, atau belajar di ruang terbuka.

Bukan hanya siswa dan guru, orang tua juga memberi dukungan. Menurut mereka, anak-anak jadi lebih kreatif, mandiri, dan tidak terlalu bergantung pada gawai. Kebijakan sederhana ini memberi pesan penting: teknologi memang bermanfaat, tetapi jeda dari gawai juga sangat diperlukan agar anak-anak bisa tumbuh seimbang mampu menggunakan teknologi dengan bijak sekaligus membangun keterampilan sosial dan emosional mereka.

Sumber:
– Artikel: SITIREJO – “Sekolah Terapkan Hari Tanpa Gadget, Dorong Interaksi Sosial dan Konsentrasi Siswa”
– Gambar: smpn5-mlg.sch.id

Sekolah Dapat Berperan dalam Digital yang Aman Bagi Anak

Disadur dalam laman Sekolah Cikal Laksanakan No Gadget Day. Simak Cerita Murid, Guru, dan Orang tua! Sekolah Cikal menerapkan kebijakan No Gadget Day sebagai bagian dari komitmen membangun lingkungan belajar yang sehat dan seimbang.

Melalui inisiatif ini, murid, guru, dan orang tua bersama-sama merasakan manfaat berhenti sejenak dari gawai: kelas menjadi lebih fokus, interaksi tatap muka lebih hangat, dan anak-anak belajar menggunakan teknologi dengan lebih bijak.

Pendapat dari Murid, Guru dan Orang Tua

Bagi murid-murid Sekolah Cikal, No Gadget Day membawa pengalaman yang berbeda dari biasanya. Banyak yang awalnya mengira hari tanpa gawai akan membosankan, tetapi ternyata justru menyenangkan.

Seorang murid bercerita bahwa ia bisa lebih mengenal teman dengan baik, karena lebih banyak waktu untuk berbincang tanpa distraksi. Saat pelajaran pun terasa lebih fokus, terutama ketika guru menjelaskan materi lewat papan tulis. Awalnya menantang, tapi lama-lama justru terasa bermanfaat.

Murid lain mengaku bahwa tanpa gawai ia jadi terbiasa mengobrol dan berinteraksi langsung. Waktu istirahat yang biasanya dihabiskan menatap layar berubah menjadi kesempatan untuk bermain dan bercanda dengan teman-teman. Bahkan, beberapa mulai membiasakan diri menulis tangan (handwriting) dan merasa lebih produktif saat mengerjakan tugas.

Ada juga yang merasa sederhana saja: lebih banyak mengobrol dengan teman di kantin, lebih bisa menyelesaikan tugas tepat waktu, dan yang terpenting suasana sekolah jadi lebih hidup.

Dari cerita-cerita ini, terlihat bahwa No Gadget Day bukan sekadar aturan, melainkan kesempatan bagi murid untuk belajar mengatur diri, menemukan cara baru menikmati sekolah, dan menumbuhkan kebiasaan sehat dalam menggunakan teknologi.

Bagi para pendidik, No Gadget Day juga membawa pengalaman baru. Dian Kartika, pendidik TK Cikal Lebak Bulus, sempat merasa cemas ketika kebijakan ini pertama kali diumumkan. Kekhawatiran utamanya adalah tidak bisa berkomunikasi intens dengan orang tua murid selama jam sekolah. Namun setelah disosialisasikan dengan baik, semua orang tua menyambut aturan ini secara kooperatif. Mereka sepakat untuk tidak mengirimkan pesan saat jam belajar berlangsung dan jika ada hal penting bisa disampaikan sebelumnya. Hal sederhana ini justru mempererat kerja sama antara guru dan orang tua.

Hal serupa dirasakan Rosmayanti Mutiara, Executive Principal Sekolah Cikal Serpong. Ia melihat No Gadget Day memberikan dampak nyata dalam membangun interaksi dan koneksi yang lebih hangat di sekolah. Murid-murid TK dan SD tampak bermain dan berkomunikasi lebih aktif dengan guru, sementara siswa SMP hingga SMA bisa berinteraksi tanpa terganggu distraksi gawai. Suasana sekolah menjadi lebih hidup, dengan percakapan dua arah dan aktivitas bersama yang lebih bermakna.

Bagi para pendidik, pengalaman ini menunjukkan bahwa berhenti sejenak dari gawai bukan hambatan, justru kesempatan untuk memperkuat keterhubungan antara murid, guru, dan orang tua.

Bukan hanya murid dan pendidik, orang tua juga merasakan manfaat dari kebijakan No Gadget Day di Sekolah Cikal.

Ibu Santi, orang tua dari Maika (SMA Cikal Lebak Bulus), menilai langkah ini tepat karena memberi kesempatan bagi anak untuk mengeksplorasi waktu luang dengan cara yang lebih bermakna. Ia bercerita bagaimana Maika dan teman-temannya justru bisa menemukan keseruan baru, seperti bermain scrabble bersama guru di perpustakaan. “Seru sekali pengalaman itu,” ujarnya.

Pandangan positif juga datang dari Ibu Ria, orang tua dengan dua anak di jenjang SD dan SMA. Ia mengakui bahwa anak SMA sempat merasa keberatan karena tidak bisa membawa ponsel atau laptop, berbeda dengan anak SD yang lebih santai menyikapinya. Namun sebagai orang tua, ia memilih untuk mendukung penuh kebijakan sekolah. “Setiap kebijakan pasti ada pro dan kontra, tapi kami percaya ini dibuat untuk kebaikan anak. Jadi kami support saja,” jelasnya.

Bagi para orang tua, No Gadget Day bukan sekadar aturan, melainkan kesempatan untuk membantu anak-anak belajar bijak menggunakan gawai, memperkuat hubungan dengan teman dan guru, serta menumbuhkan kebiasaan sehat di sekolah.